Efek Samping Paracetamol

Parasetamol atau asetaminofen yang merupakan jenis obat analgesik (penurun nyeri, pereda rasa sakit) dan antipiretik (penurun suhu tubuh). Dokter memakainya untuk mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang, sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, flu, pilek, serta menurunkan demam. Parasetamol memiliki kegunaan sama seperti aspirin atau obat non steroid anti inflamatori drug (NSAID) lainnya. Obat ini adalah jenis obat bebas yang bisa dibeli di mana saja. Berbentuk tablet, kapsul, atau cairan. Di warung-warung parasetamol dikemas dengan nama dagang atau merk yang berbeda-beda.


Efek samping Paracetamol

Normalnya konsumsi parasetamol sebenarnya tidak berbahaya. Hanya saja perlu diwaspadai munculnya efek samping saat over dosis. Efek samping bisa berupa gejala ringan seperti pusing sampai gejala berat seperti gangguan ginjal, gangguan hati, gangguan darah, dan reaksi alergi. Reaksi alergi seperti bintik-bintik merah pada kulit, biduran, ruam-ruam pada kulit, gatal-gatal, sampai alergi berat. Gangguan darah seperti perdarahan saluran cerna, penurunan thrombosit dan leukosit, dan gangguan sel darah putih.


Efek samping lain yang bisa terjadi antara lain :

1. Kerusakan Hati. 
Dalam dosis wajar parasetamol aman dikonsumsi. Namun dengan dosis berlebihan, paracetamol dapat menimbulkan efek samping pada kerusakan hati. Apalagi bila dikonsumsi dalam jangka panjang. Saat kita mengonsumsi parasetamol, sebagian besar akan diserap melalui dinding usus dan dibuang ke hati. Hati akan mengubah parasetamol yang dibuang melalui urine. Dalam kondisi over dosis, parasetamol akan dibuang dalam bentuk N-acetyl-benzoquinoneimine (NAPQI) yang bisa menyebabkan kerusakan hati.

2. Mata dan Kulit Kuning. 
Pada mata dan kulit akan terjadi perubahan berwarna kuning sebagai tanda bahwa hati rusak karena konsumsi parasetamol. Kerusakan hati terjadi pada dosis yang berlebihan.

3. Kadar Antioksidan Berkurang. 
Parasetamol mampu mengurangi kadar antioksidan dalam tubuh. Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melawan radikal bebas yang masuk ke tubuh dan menimbulkan stres pada paru-paru sebagaimana dikutip Reuters dari Medical Research Institute of New Zealand.

4. Gangguan Kesehatan Otak. Publikasi dalam jurnal Toxicological Science menemukan bahwa parasetamol bisa mengganggu perkembangan otak anak-anak. Baik ketika anak masih dalam kandungan (belum lahir) atau yang sudah beranjak dewasa.

5. Anak Terkena Penyakit Asma. 
Penelitian yang ditulis di Jurnal Lancet, menemukan bahwa parasetamol dengan intensitas yang cukup sering akan berisiko anak pada umur 6-7 tahun. Ia berisiko terkena asma, eksim dan demam disertai menggigil. Selain itu bisa muncul reaksi alergi terhadap parasetamol seperti rasa gatal, ruam kuku, memar yang tak biasa, atau perdarahan.

6. Intoleransi Parasetamol. 
Kondisi tubuh lemah, letih, lelah, dan nyeri pada punggung bagian bawah adalah efek intoleransi terhadap parasetamol.

7. Iritasi. 
Adanya kencing dan tinja yang berdarah merupakan efek iritasi pada lambung.

8. Risiko Lain. 
Penggunaan parasetamol meningkatkan risiko eksim, bersin terus menerus, nafas sengau, dan sakit tenggorokan pada anak ketika berusia 6-7 tahun.


Orang memang mengenal parasetamol sebagai obat warung, yaitu obat-obatan yang biasa dijual bebas dan dibeli di warung-warung dekat rumah. Iklan-iklan tersebar sampai ke pelosok. Parasetamol tercatat sebagai salah satu obat yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Obat ini  cespleng untuk mengobati segala penyakit yang umum terjadi di masyarakat.



Obat-obat ini relatif aman dan murah harganya. Ketidaktahuan masyarakat akan kandungan isi obat yang sama ini berisiko terjadinya pemakaian parasetamol dengan dosis yang berulang. Mereka terlena bahwa di dalam setiap obat apapun muncul terdapat efek samping yang merugikan. Termasuk saat mengonsumsi parasetamol yang over dosis.



Mengapa konsumen bisa over dosis parasetamol tanpa disadari?

Ketika konsumen umum sakit kepala, ia memutuskan untuk minum obat bebas warung. Ia berpikir obat itu pasti aman karena bukan obat keras. Ia putuskan beli 3 (tiga) merk obat sekaligus, yaitu obat sakit kepala, sakit panas, dan sakit flu karena badannya terasa sakit. Hanya saja, ia tidak tahu bahwa ke tiganya sama-sama mengandung parasetamol. Akibatnya konsumsi parasetamol hari itu dalam dosis yang berlipat. Apakah ia menyadarinya? Pasti tidak!

Konsumsi Parasetamol

Konsumen  dianjurkan untuk mengonsumsi parasetamol sebanyak 500 mgr hingga 1 gram setiap 4-6 jam sekali. Maksimal dosis untuk dewasa yang diperbolehkan 4.000 mg per hari. Dosis tersebut setara dengan 8 tablet @ 500 mgr. Jika seseorang memakan tablet 3 kali sehari (pagi-siang-malam) untuk ke tiga sakitnya dengan dosis @ 2 tablet, maka hari itu ia memakan 18 tablet kali @ 500 mgr. Jauh di atas dosis yang diperbolehkan. Itulah fenomena over dosis parasetamol yang terjadi di masyarakat.



Siapa yang cocok mengkonsumsi Paracetamol


Berbeda dengan obat tramadol, Parasetamol dapat digunakan semua rentang usia, mulai dari bayi hingga dewasa dalam dosis yang berbeda. Parasetamol akan aman dikonsumsi jika sesuai petunjuk. Meski efek samping penggunaan parasetamol sedikit sekali kasus yang dilaporkan terjadi, namun sebagaimana obat lainnya, ada orang yang mengalami sensitifitas sendiri terhadap paresetamol. Parasetamol berisiko pada janin dan ibu hamil karena mempengaruhi keseimbangan hormon pada rahim. Akibatnya perkembangan otak akan tidak normal. Konsultasikan bila akan meminum obat mengandung parasetamol, kecuali merupakan bagian dari resep.



Paracetamol Bagi Ibu Hamil


Jurnal pediatrics merilis bahwa ibu hamil yang mengonsumsi parasetamol secara rutin cenderung mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disoder), sebuah tingkah laku yang berhubungan dengan masalah impulsif, tidak kenal lelah, dan hiperaktif. Beberapa studi mengatakan bahwa asetaminophen mempengaruhi perkembangan kelamin dan hormon yang berakibat pada gangguan perkembangan syaraf dan disfungsi tingkah laku.



Efek Over Dosis Paracetamol


Efek over dosis jarang sekali terjadi, namun beberapa tanda-tanda berikut mengindikasikan adanya over dosis akibat parasetamol. Seperti misalnya diarhe berat, keringat yang meningkat, kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, nyeri perut bagian atas. WHO merekomendasikan agar parasetamol tidak boleh digunakan secara rutin. Parasetamol sebaiknya hanya digunakan untuk anak-anak yang mengalami demam tinggi sekitar 38,5 derajat Celcius atau lebih. Jika terjadi efek parasetamol seperti di atas, segeralah hubungi dokter agar segera mendapat penanganan yang tepat.



Tips Minum  Obat Warung


Tidak sembarang obat di warung bisa leluasa dikonsumsi. Beberapa tips berikut ini patut dicermati.



1. Hati-hati saat minum obat bebas warung. Baca kandungan obat yang tertera dalam kemasan bungkusnya. Bila ada kandungan isi yang sama, pilih salah satu merk obat saja untuk diminum.

2. Ikuti petunjuk dokter/pabrik produsennya yang tertera di kemasan saat meminum obatnya.
3. Jangan menambah obat bebas saat mengonsumsi obat resep dokter kecuali telah disetujui dokter.
4. Bila ada yang gejala aneh seperti misalnya muncul alergi saat meminumnya, konsultasikan dengan dokter. Bawa bungkus parasetamol yang dikonsumsi untuk diperlihatkan ke dokter.
5. Terlalu banyak mengkonsumsi parasetamol bisa merusak organ hati. Apabila terlewat tidak minum parasetamol pada waktunya, jangan minum 2 (dua) dosis sekaligus untuk menggantikannya.

Sumber : Halosehat

efek samping paracetamol



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Efek Samping Paracetamol"

Posting Komentar